Kamis, Juni 05, 2008

CYBERCULTURE COMPUTER, INTERNET, AND FACEBOOK. WHAT'S NEXT?

Nyalakan komputer Anda, masukkan password, klik mouse Anda, dan mulailah cyberculture. (momo)

Manusia bukanlah makhluk yang biasa saja. Ia dibekali dengan segala kemampuan dan tingkat intelektual yang tinggi, yang jika dikembangkan -bukan tidak mungkin- dapat menciptakan fenomena yang lebih dari apa yang pernah ada sebelumnya. Artinya, pergerakan dari budaya dan gaya hidup manusia berlangsung cepat seiring dengan kemampuannya untuk menciptakan sesuatu. Yang pada akhirnya tentu akan menjadi modal bagi generasi-generasi berikutnya.

Untuk teknologi, komputer (dan segala sesuatu yang computerized) bisa dikatakan adalah temuan terbesar dalam dunia teknologi, yang tentu saja masih dapat dirasakan hingga saat ini. Dan Free! yakin, akan terus berlangsung hingga generasi-generasi berikutnya. Bicara tentang komputer, sulit untuk menemukan kapan pertama kali tepatnya komputer itu ada, karena kata “komputer” sendiri terus mengalami perubahan arti. Dengan berbekal berbagai temuan yang ada sebelumnya, pada sekitar abad ke 19 mulai dikenal modern computer yang kemudian diikuti dengan hadirnya program, memory, input/output, multiprocessing, dan yang paling segar, yaitu internet.

Berawal dari kehadiran ARPANET yang dibangun oleh ARPA (United States Department of Defense Advanced Research Projects Agency) pada tahun 1969, yang kemudian berubah pada tahun 1983 menjadi sistem internet seperti yang kita kenal saat ini. Internet telah membawa perubahan besar pada manusia. Dengan jumlah pengguna yang terus bertambah, telah mewujudkan budaya internet, dengan pengaruh yang besar atas ilmu pengetahuan dan pandangan dunia. Dengan hanya berpandukan mesin pencari seperti Google, pengguna di seluruh dunia mempunyai akses internet yang mudah atas segala informasi. Untuk sesaat, buku dan perpustakaan harus dinomorduakan (kalau tidak mau disebut disingkirkan), karena internet terbukti dapat melakukan penyebaran secara ekstrim.

Selamat datang di era cyberculture! Inilah era dimana budaya computer networks berpadu dengan komunikasi, entertainment, dan bisnis berbaur menjadi satu, dan menciptakan manusia-manusia masa kini seperti kita yang “ketergantungan” akan dunia maya. Apakah dunia nyata sudah membosankan? Tidak juga. Cyberculture merupakan fenomena tersendiri yang menciptakan gaya hidup baru, yaitu gaya hidup atau budaya yang tidak lepas dari internet dan situs-situs yang dapat diakses dengannya.

Manifestasi dari cyberculture bermacam-macam, yang semuanya merupakan interaksi dengan menggunakan computer networks sebagai media. Bisa berupa aktivitas, games, atau berbagai aplikasi. Yang paling mendasar tentunya adalah tersedianya informasi tiada batas lewat situs-situs internet, dimana mesin pencari semacam Google atau situs-situs penyedia artikel lainnya merupakan cikal bakal dari budaya ini. Kemudian berlanjut dengan keberadaan online shopping yang menciptakan budaya baru: orang tidak perlu ke luar rumah untuk berbelanja. Well, bukan hanya karena malas, melainkan karena terkadang apa yang dapat kita temukan di internet justru jauh lebih lengkap dari apa yang disediakan toko di sekitar kita.

Lalu ada fasilitas e-mail yang mengurangi beban tukang pos, karena mengirim surat ke tempat (atau bahkan belahan dunia) lain dapat diwujudkan hanya dengan satu kali klik saja,. Serta messenger yang memungkinkan kita kita chatting secara langsung dengan user lain yang juga online di tempat lain, di mana pun.

Tidak berhenti sampai disitu, semakin hari kekuatan internet bersama dengan cyberculture-nya semakin menjadi-jadi. Di awal tahun 2000'an tiba-tiba saja muncul fenomena social networking dengan kehadiran berbagai situs seperti Friendster, MySpace, Facebook, Hi5 dan sebagainya yang sukses menciptakan jenis pergaulan baru, dimana “bergaul” di depan komputer ternyata memiliki kenikmatannya tersendiri. Walau dianggap menurunkan esensi sosial yang sesungguhnya karena tidak berinteraksi secara langsung, social networking di dunia maya ini memiliki beberapa kelebihan yang mugkin tidak bisa didapatkan lewat interaksi secara langsung.

Lebih dari sekedar mencari teman dan memasukkannya dalam friend list, social networking dalam dunia maya dapat berlangsung “lebih” dalam hal berbagi. Sharing untuk media seperti audio, video, dan blog merupakan salah satu wujud kebebasan yang memungkinkan siapa saja dapat meng-upload apa saja. Dengan segala resiko yang ada tentunya. Kemudahan ini memungkinkan semua orang untuk dapat menyuarakan apapun, misalnya lewat blog, yang bisa berisi curahan hati yang sangat cheesy (tapi menyenangkan untuk dibaca), atau bahkan isu-isu provokatif dari sudut pandang pribadi yang mengusik pihak lain. Sementara dari segi audio video, pemblokiran beberapa situs yang kita alami beberapa waktu lalu adalah salah satu dampak yang dapat ditimbulkan. Dimana pemerintah terkesan terburu-buru mengambil tindakan dan hanya mementingkan golongan tertentu.

Intinya, semua kembali ke tangan kita, karena cyberculture sepatutnya dimanfaatkan dengan maksimal dan sebaik-baiknya. Salah satu caranya ialah dengan memperhitungkan netiquette alias etika dalam menggunakan internet, dimana keamanan diri dan kebebasan akses yang dapat Anda peroleh adalah esensi utama. Yang pasti, jangan pernah membayangkan bagaimana hidup kita tanpa kehadiran situs-situs penting yang ada. Yang harus Anda bayangkan adalah apa yang akan terjadi setelah kehadiran komputer, internet, dan situs-situs seperti Google, Wikipedia, Friendster, atau Facebook.

Source: http://freemagz.com/

Tidak ada komentar: